Preparing for Christmas, day 27!
PREPARE HIM ROOM
Preparing for Christmas
Daily Meditation with St. Therese of Lisieux
Day 27
Friday, 4th week of Advent
December 23rd
Refleksi:
Kelahiran Yohanes Pembaptis
Sahabat, persiapan kita menyambut kelahiran Yesus sudah hampir di
puncak. Besok malam kita sudah akan merayakan pesta meriah Malam Natal. Sebelum
itu, kita diajak merenungkan kelahiran seorang tokoh yang diutus Tuhan
mempersiapkan jalan bagi Yesus. Dia adalah Yohanes Pembaptis.
Apakah kata-kata yang bisa kita ungkapkan yang bisa mewakili semua
peristiwa ini? GRACE. Ya rahmat Allah. itulah yang membingkai seluruh kisah
kelahiran Yohanes. Dan jangan lupa, itu hanya sebuah pengantar untuk memahami
kelahiran Yesus. Semuanya hanya karena rahmat Allah. jika ingin lebih spesifik,
bolehlah kalau kita sebut semua karena cinta Allah.
Amazing Grace
Rahmat yang begitu besar. Itulah yang dialami oleh Zakharia dan
Elisabeth ketika di usia senja mereka mendapat kabar bahwa seorang anak akan
lahir dari keluarga mereka. Bukan karena mereka semata, tetapi karena rahmat
Allah. dan rahmat itu tidak begitu saja bisa diterima. Kita sudah merenungkan
itu beberapa hari yang lalu, ketika saya berbicara perihal Zakharia.
Kejadian ini sendiri sudah menyiratkan sesuatu. Sulit dipahami oleh
akal manusia. Bukan hanya karena usia yang sudah senja, tetapi juga mandul. Ketika
hal ini belum bisa dipahami sebagai sebuah rahmat yang luar biasa, mungkin kita
sedang ada masalah.
Rahmat yang begitu besar itu juga dirasakan oleh orang-orang di
sekitar mereka. Para kerabat, tetangga dan semua penduduk di kampong mereka.
Peristiwa yang tidak biasa. Yaitu pada proses pemberian nama. Tentu selama ini
mereka menyimpan banyak tanya di dalam hati. Bagaimana orang yang sudah lanjut
itu bisa hamil. Apa yang menimpa Zakharia sehingga dia bisu, dll. Semua
pertanyaan terjawab pada hari pemberian nama.
Para tetangga dan kerabat ingin menamai anak mereka dengan nama
Zakahria, seperti bapaknya. Itulah kebiasaan Yahudi. Seperti kebanyakan
orang-orang di Asia, seperti China. Kalau bapaknya bernama Wong, anaknya akan
bernama Wong. Tetapi Elisabeth tidak setuju. Dia ingin menamai anaknya dengan
nama Yohanes. Zakharia pun setuju.
Baiklah, lebih baik saya sekarang melihat diri saya sendiri.
Terlebih dalam kaitan dengan melihat rahmat Allah yang senantiasa hadir. Kerap
kali saya hanya menyadari rahmat itu dalam peristiwa yang besar-besar belaka.
Lupa bahwa hal yang kecil juga menjadi sarana Allah memberikan rahmat-Nya. Dan
hal yang lebih penting dari itu adalah, kerap saya kurang mensyukuri segala
rahmat itu. Masih berat untuk mengucap syukur, dan berlaku syukur kepada Sang
Pemberi rahmat.
Panggilan Tuhan
Beberapa hari yang lalu saya menulis mengenai personal calling. Itu kata-kata indah untuk menggambarkan bahwa
setiap orang memiliki panggilan Tuhan. Tiap orang pada masa yang berbeda dan
dengan cara yang berbeda dipanggil oleh Tuhan untuk menggenapi setiap
rencana-Nya. Maria dan Zakharia adalah contohnya.
Ada orang yang menolak panggilan Tuhan dengan dalih sudah terlalu
tua. Zakharia adalah contoh bahwa dalam usia senjapun seseorang bisa dipakai
oleh Allah. Allah bisa memanggil mereka untuk karya yang tak terselami. Allah
menyimpan yang terbaik pada akhir. Save
the best for the last. Sedangkan Maria adalah contoh bagi mereka yang
sellau berkata, “saya masih muda!” Maria masih sangat muda ketika dipanggil
Allah untuk menjadi ibu bagi Penebus. Sebuah karya besar yang ditanggung oleh
anak berusia kurang lebih 15 tahun.
Bagi saya, kisah mereka memberi banyak sekali pelajaran. Dan yang
utama adalah soal panggilan hidup. Setiap orang memiliki cita-cita, rencana,
dan angan-angan. Tetapi jangan pernah melupakan bahwa Allah juga memiliki
rencana dalam hidup kita. mungkin kita tidak merasakan sekarang. Karena bisa
jadi belum saatnya. Atau kita tidak pernah sungguh-sungguh merasakan.
Kemudian sebagai orang tua. Banyak orangtua memiliki rencana yang
begitu indah bagi anak-anaknya. Mereka memilihkan sekolah terbaik, lingkungan
terbaik, dan seterusnya yang terbaik menurut pandangan mereka. Kerap kali
anak-anak hanya menuruti belaka tanpa bisa menentukan. Banyak saya menjumpai
anak-anak yang berjalan bak robot, hanya karena menuruti kemauan orangtuanya.
Ah, saya jadi sentimental kalau berbicara hal ini. Sebaiknya saya sudahi dengan
catatan; orangtua jangan melupakan bahwa Allah memiliki rencana dalam diri
anak-anak kalian. Jangan selalu memaksakan kehendak kalian, hanya karena kalian
merasa sangat mencintai mereka.
Yes!
Sangat penting membahas soal ini. Jawaban YA. Maria menjawab “YA”
meski dia tidak paham, karena dia menyadari sepenuhnya kuasa Allah. Zakharia
tidak bisa menjawab “YA” karena pikirannya dikuasai pemahaman logika manusia
belaka. Dia dihukum bisu selama 9 bulan.
Inilah bagian tersulit, berkata ya terhadao rencana Tuhan yang tidak
sepenuhnya bisa kita pahami. Bahkan kerap kali yang ada adalah kegelapan. Apakah
saya harus berkata YES kepada kegelapan?
Inilah yang dinamakan beriman. Santo Yohanes dari Salib menjelaskan
bahwa beriman itu seperti dituntun oleh orang buta. Kita akan berontak, karena
merasa lebih tahu dari si penuntun. Tetapi sekali lagi, itulah proses beriman. Memebrikan
diri dituntun melewati lorong gelap.
Berkata YA kepada rencana Allah. menyerahkan semua rencana kepada
kehendak Allah bukan hal mudah. Bahkan untuk berkata, “Tuhan, aku serahkan
seluruh masa depanku kepada-Mu” pun tidak mudah. Bagaimana kalau Tuhan membawa
saya ke tempat-tempat yang tidak saya kehendaki? Bagaimana kalau kemudian hidup
saya tidak menyenangkan lagi? Dst.
Salam.
Comments