Preparing for Christmas, day ten!
PREPARE HIM ROOM
Preparing for Christmas
Daily Meditation with St. Therese Lisieux
Day 10
Tuesday 2nd week of Advent
6 Desember 2016
Bacaan:
Yesaya 40:1-11
Matius 18:12-14
Kutipan Injil:
Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari
anak-anak ini hilang.
Matius 18:14
Refleksi:
DOMBA YANG HILANG
Di kampong saya hampir setiap keluarga memiliki ternak peliharaan.
Keluarga saya sendiri selalu memelihara sapi. Beberapa keluarga ada yang
memelihara kambing. Hewan-hewan peliharaan itu biasanya selalu berada di
kandang. Kami yang memeliharanya harus mencarikan rumput untuk mereka. Sangat
jarang saya menjumpai ada pemilik hewan piaraan ini membawa hewan-hewannya ke
padang untuk mencari rumput.
Sangat jarang itu bukan berarti tidak pernah. Terkadang ada yang
membawa sapinya untuk ‘diangon’ di padang. Atau juga ada yang membawa
domba-dombanya. Hanya saja di kampong saya jarang sekali yang memelihara domba,
kebanyakan memelihara kambing. Sedangkan kambing hampir tidak pernah dibawa
keluar untuk ‘diangon.’
Dari pengalaman saya ini, maka sangat sulit memahami cerita Yesus
bahwa ada seorang mengangon kambing dombanya yang jumlahnya 100 ekor. Kemudian
ada seekor yang hilang atau tersesat. Lantas, dia meninggalkan 99 kambing
dombanya dan mencari seekor domba yang tersesat.
Rupanya, cerita ini harus dipahami sesuai dengan adat kebiasaan
memelihara kambing domba pada jaman Yesus. Pada waktu itu, kambing domba selalu
dibawa ke padang untuk mencari makan. Setiap hari si pengangon, atau si gembala
selalu bersama mereka. Mencari tempat yang banyak rumputnya dan mencari sumber
air sehingga kambing domba itu bisa minum. Karena si gembala itu setiap hari
bersama mereka, maka ada hubungan saling kenal. Suaranya dikenali dan ia
menandai setiap kambing dombanya dengan tanda yang berbeda.
Kalau kemudian dari 100 ekor kambing domba ada satu yang tersesat,
tentu banyak sekali penyebabnya. Tentulah si gembala tidak dengan sengaja
menyesatkannya. Tentulah si domba itu melihat ada sesuatu yang menarik, mungkin
melihat ada rumput yang kelihatan hijau di kejauhan atau kakinya tersangkut
akar belukar sehingga dia tertinggal dari rombongan; ada banyak kemungkinannya.
Hal yang menarik adalah, si gembala itu mencari domba yang tersesat
tadi. Mencari sampai ketemu. Bahkan rela meninggalkan yang 99 ekor tanpa takut
kalau nanti dari 99 ekor itu ada yang tersesat juga.
Saya membayangkan bahwa saya itu tak ubahnya seperti domba kecil
itu. Kerap tersesat dan hilang. Bahkan kadang-kadang sengaja ‘menghilangkan
diri’, lari dari kerumunan dan dari jalan utama, menyusuri lorong-lorong dan
gang-gang sempit. Tujuannya mencari pengalaman baru; nyatanya tersesat.
Hal yang istimewa adalah; Sang Gembala itu mencari hingga saya
ditemukan kembali. DIA meninggalkan kawanan domba yang lain untuk mencari saya yang
nakal yang suka menyesatkan diri. DIA memang bukan sekadar gembala biasa; IA
mengenal setiap dombanya dan mencintainya sepenuh hati.
Kutiban dari St. Theresia Lisieux
Hati yang peka dan penuh kasih akan dengan mudah berbagi dan memberikan
kepada mereka (hati) yang mampu memahaminya.
(Manuskrip A, 38)
Doa:
Ya Tuhan, kami ini sering tersesat dan hilang arah jalan. Hanya
rahmat-Mulah yang membimbing kami kembali pulang.
Aksi:
Berdoa bagi orang-orang yang ‘tersesat’ imannya.
MoRis HK
Hong Kong, 6 Desember 2016
Comments