Preparing for Christmas, day eight.
PREPARE HIM ROOM
Preparing for Christmas
Daily Meditation with St. Therese Lisieux
Day 8
2nd Advent Sunday,
4 Desember 2016
Bacaan:
Yesaya 11:1-10
Roma 15:4-9
Mateus 3:1-12
Kutipan Injil:
Maka tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan
memberitakan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”
Mateus 3:1-2
Refleksi:
YOHANES PEMBAPTIS
Hari ini adalah Minggu kedua Adven. Natal sudah dekat. Orang-orang
Manado bilang, “Somo Natal”. Perlahan-lahan, kita diperkenalkan dengan
orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Natal. Hari ini, kita diperkenalkan
dengan sosok Yohanes Pembaptis, yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus.
Dia masih terhitung kerabat dengan Yesus. Ketika keduanya masih di
dalam kandungan, mereka pernah bersua. Diceritakan bahwa Yohanes melonjak
kegirangan, meski masih di dalam kandungan, karena menerima tamu istimewa.
Tidak banyak kisah mengenai masa kecil Yohanes Pembaptis. Yang kita
tahu, hidupnya sedikit aneh. Penulis Injil menggambarkan caranya berpakaian dan
makanannya yang tidak biasa. Bahkan penulis Injil juga menyandingkan sosok
Yohanes Pembaptis ini dengan sosok imajinatif yang pernah digaungkan di oleh
Nabi Yesaya.
“Ada suara orang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan
untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.”
Yohanes menyerukan pertobatan. Dia membaptis orang-orang yang datang
kepadanya sebagai tanda pertobatan. “Kerajaan Allah sudah dekat, BERTOBATLAH!”
demikian dia mengajar.
Dalam kesempatan yang lain kita mengenal sosok Yohanes ini sebagai
sosok yang tahu diri, yang rendah hati.
Pada masa itu orang-orang Israel sedang menanti-nanti datangnya
Mesias. Bahkan tidak sedikit yang mengira bahwa Yohaneslah Mesias itu. Maka
tidak mengherankan kalau di antara orang-orang yang berkerumun itu ada para
pemuka agama. Mereka sedang meneliti apakah Yohanes ini Mesias yang mereka
nanti-nantikan atau bukan.
Yohanes tidak mau mengambil kesempatan itu. Dia tahu apa tugasnya, dan
dia tahu siapa yang dia persiapkan. Maka dalam kesempatan yang lain dia
berkata, “setelah aku akan datang Dia yang lebih berkuasa dari aku. Bahkan
membuka tali sepatunya saja aku tidak pantas. Biarlah Dia semakin besar dan aku
semakin kecil.” Sungguh gambaran pribadi yang tahu diri dan rendah hati.
Meski demikian, tidak selamanya hati dan pikirannya jernih. Dalam
suatu kesempatan di dalam penjara, dia mengirim murid-muridnya untuk berjumpa
dengan Yesus. Kita tahu mengapa Yohanes dipenjara. Dia dipenjara karena
mengkritik raja yang bersuat asusila, dengan mengambil istri saudaranya. Oh
iya, dia mengirim murid-muridnya untuk menemui Yesus dengan pertanyaan, “apakah
Engkau yang kami nanti-nantikan itu, ataukah kami harus menunggu yang lain
lagi?”
Yesus tidak menajwab. Yesus meminta para murid itu untuk bercerita
kepada Yohanes mengenai apa yang mereka lihat, orang sakit disembuhkan, orang
mati dibangkitkan, dan keadilan ditegakkan. Pada akhirnya Yohanes mati
dipenggal kepalanya karena ia menyuarakan kebenaran.
Hari ini, kalau kita merenungkan hidup Yohanes Pembaptis dalam
rangka menyiapkan hati menyambut kedatangan Tuhan, apakah yang mesti diperbuat?
Baiklah kalau kita menuruti apa yang diserukan oleh Yohanes, “BERTOBATLAH!”
Secara sederhana, bertobat itu berarti membiarkan Tuhan menjadi
nahkoda dalam kehidupan kita. membiarkan Tuhan masuk dan mengatur hidup kita.
itulah pertobatan yang hakiki.
Namun membiarkan Tuhan mengatur hidup kita tidaklah gampang. Karena
kita masih ingin mengatur diri kita sendiri, bahkan tidak jarang kitalah yang
mengatur Tuhan. Meminta Tuhan melakukan ini dan itu seolah kitalah yang menajdi
tuan. Kita lupa bahwa kita adalah hamba dan Tuhanlah tuan dari segala tuan.
Ada beberapa cara yang bisa kita buat untuk membiarkan Tuhan menjadi
tuan atas hidup kita. pertama, menyadari dan membiarkan Tuhan masuk ke dalam
hidup kita sehari-hari. Kalau kita ke Gereja untuk mengikuti Ekaristi, kita
menerima komuni dan berkata, AMIN! Yang berarti setuju.
Kita setuju bahwa Tuhan akan masuk dalam kehidupan kita dan
membiarkan-Nya mengatur kehidupan kita. Tubuh Kristus yang kita santap bukanlah
roti biasa. Dia sungguh-sungguh Tubuh Kristus, yang menyatu dalam kehidupan
kita. maka resapkanlah, rasailah dan biarkanlah Dia menjadi pangkal segala
ide-ide dan kehendak kita.
Yang kedua memupuk kehidupan rohani dengan bacaan-bacaan yang
menyehatkan jiwa. Buku-buku tentang riwayat hidup orang kudus, tulisan
orang-orang suci, dan terutama Kitab Suci, wajib kit abaca agar jiwa kita
selalu sehat dan makin kuat.
Yang ketiga memperdalam hidup doa. Doa adalah sebuah relasi pribadi
dengan Tuhan. Seperti halnya relasi sepasang kekasih, relasi dengan Tuhan perlu
diperdalam, dipupuk dari hari-ke hari agar makin erat mesra. Melatih diri
dengan doa hening, berlatih doa meditasi, membuat jadwal doa pribadi; adalah
bagian dari upaya mengintimkan relasi dengan Tuhan.
Pada akhirnya, kita juga perlu membersihkan diri, sebelum Natal
tiba, hendaknya kita sudah pergi mengaku dosa. Agar makin pantas dan layak
menerima-Nya. Semua kita lakukan dengan suka cita, dengan kegembiraan seperti
anak kecil.
Kutipan dari St. Theresia Lisieux:
Hanya Yesus sendirilah yang memenuhi segala keinginanku. Dialah yang
akan mengakatku ke atas dan menempatkanku di sampingnya. Dia akan melingkupi
aku dengan segala kebaikan dan akan membuatku kudus.
(Manuskrp A, 32)
Doa:
Ya Tuhan, jalan menuju kekudusan sungguhlah sulit demikian halnya
jalan menuju pertobatan, sangatlah terjal. hanya limpahan rahmat-Mu yang kami
mohonkan menjadi jembatan menuju pertobatan, sehingga kami mampu menyeberang
dan sampai di tempat-Mu dengan aman.
Aksi:
Seturut seruan Yohanes Pembaptis, baiklah kalau hari ini kita
mengaku dosa.
MoRis HK
Hong Kong, 4 Desember 2016
Comments