Preparing for Christmas, day 26!
PREPARE HIM ROOM
Preparing for Christmas
Daily Meditation with St. Therese of Lisieux
Day 26
Thursday, 4th week of Advent
December 22nd
Refleksi:
MAGNIFICAT
Sahabat, selama seminggu terakhir ini kita sungguh-sungguh
dipersiapkan untuk menyambut Yesus. Caranya, kita diperkenalkan dengan orang-orang yang terlibat secara
langsung, secara dekat sekali. Dan itu tidak lain adalah sosok ibu yang akan
melahirkan Yesus, Bunda Maria.
Cerita yang dimulai dengankunjungan Malaikat Gabriel yang memberi
kabar. Kemudian disusul dengan perjalanan Maria mengunjungi saudarinya,
Elisabeth. Adalah sebuah perkenalan yang sangat mendetail akan sosok ibu yang
akan menjadi ibu Penebus. Kerendah hatiannya, ketulusannya, kesalehannya, dan
pengharapannya akan Allah yang begitu besar; itulah yang digambarkan kepada
kita.
Hari ini, Maria menjawab semua pujian yang dilontarkan kepadanya
dengan sebuah lagu. Lagu yang begitu popular, didoakan setiap sore hari oleh
Gereja Kudus, dilambungkan setiap hari oleh para legioner, menjadi pembakar
semangat bagi jiwa-jiwa yang merindu kasih Allah. Mari kita simak lagu pujian
indah ini.
Aku mengagungkan Tuhan,*
hatiku bersukaria karena
Allah, penyelamatku.
Sebab Ia memperhatikan daku,*
hambaNya yang hina ini.
Mulai sekarang aku disebut: yang bahagia,*
oleh sekalian bangsa.
Sebab perbuatan besar dikerjakan bagiku oleh Yang
mahakuasa,*
kuduslah namaNya.
Kasih sayangNya turun-temurun,*
kepada orang yang takwa.
Perkasalah perbuatan tanganNya,*
dicerai-beraikanNya orang
yang angkuh hatinya
Orang yang berkuasa diturunkanNya dari takhta,*
yang hina-dina diangkatnya.
Orang lapar dikenyangkanNya dengan kebaikan,*
orang kaya diusirNya pergi
dengan tangan kosong
Menurut janjiNya kepada leluhur kita,*
Allah telah menolong Israel,
hambaNya.
Demi kasih sayangNya kepada Abraham serta
keturunannya,*
untuk selama-lamanya.
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus,
seperti pada permulaan
sekarang selalu dan sepanjang segala abad.
Amin
Kidung Pujian Maria ini setidaknya memberi saya tiga hal untuk
direnungkan.
Kemurahan hati
Kalau kita merangkum seluruh pujian Maria bahkan seluruh karya
keselamatan dari Allah, akan kita temukan satu kata, kemurahan hati. Ya, Allah
yang begitu murah hati. Dan Maria mengungkapkan semuanya, bahwa apa yang ia
alami dan terima, semuanya karena kemurahan hati Allah belaka.
Kemurahan hati Allah ini ditunjukkan pula dengan cara Allah
memperhatikan hamba-Nya yang hina dina. Dan Bunda Maria menyadari dengan sangat
tepat, kemurahan hati Allah itu bukan hanya ditujukan kepada dirinya semata.
Tetapi juga diberikan kepada orang lain. dengan menyebut, “kasih sayang-Nya
turun temurun kepada orang yang takwa”, Bunda Maria menekankan bahwa sejak dulu
kala Allah sudah murah hati.
Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Dia selalu bersama mereka,
terlebih mereka yang lemah, yang hanya bersandar kepada kuasa-Nya. “Ia
mengangkat yang hina dina!” Ya, mereka yang lemah di mata dunia diangkatnya,
diberikannya kuasa. Sungguh semuanya hanya karena kemurahan hati Allah belaka.
Dan kalau kemudian saya melihat kepada diri saya sendiri, benar
belakalah apa yang dikatakan Maria. Semuanya terjadi hanya karena belas kasih
Allah semata. Kalau merunut setiap jengkal waktu, tak pernah lepas saya dari
jerat dosa. Tetapi di waktu yang sama, yang pernah jeda Kasih Allah saya
terima. Betapa mulia DIA, dan sungguh murah hati adanya.
Hadiah dari Allah
Segala kemurahan hati Allah yang saya terima itu rupanya belum
seberapa jika dibandingkan dengan hadiah terbesar yang saya terima dari-Nya.
Anda pasti juga merasakannya. Hadiah dari Allah adalah pemberian diri-Nya. Dia
berikan Anak-Nya yang tunggal untuk kita. Yesus.
Hal yang sangat luar biasa adalah bukan hanya karena Dia yang adalah
Allah menjadi manusia, tetapi adalah cara Dia menjadi manusia. Allah memilih
cara yang paling miskin di antara orang miskin. Semiskin-miskinnya kita
manusia, saya yakin taka da satupun yang melahirkan anaknya di kandang hewan,
atau di gua tempat istirahat binatang-binatang. Allah memilih jalan ini sebagai
bukti cintanya yang begitu besar. Ia ingin menjadi manusia, merasakan apa yang
dirasakan manusia, menderita bersama manusia, manusia yang paling miskin.
Kemudian saya bertanya kepada diri sendiri, apa yang sudah saya
berikan kepada Allah sebagai balasan? Ternyata tak sepadan sama sekali. Tak
sedikitpun seimbang. Dan tidak akan pernah seimbang. Namun saya diajar untuk
melakukannya melalui saudara-saudara yang ada di sekitar saya. Bagaimana saya
memperlakukan orang-orang yang ada di sekitar saya; itulah cara yang diajarkan
untuk “menyenangkan” Tuhan. Mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri;
itulah jalan seimbang mencintai Allah, membalas kasih Allah.
Berkat melimpah
Belas kasih Allah tentu tak bisa dipisahkan dari berkat Allah itu
sendiri. Tahun kemarin kita diajak oleh Gereja Kudus merayakan secara meriah
tahun Kerahiman Allah. sebagai tanda berkat bagi manusia yang berdosa. Dan
meskipun tahun istimewa Kerahiman Allah itu telah berlalu, bukan berarti
Kerahiman Allah berhenti mengalir. Sama sekali tidak. Kerahiman Allah tak
pernah berhenti mengalir.
Hal yang sama dirasakan oleh Bunda Maria. Dan dengan
segala kerendahan hatinya, beliau berkata, “Mulai sekarang aku disebut:
yang bahagia, oleh sekalian bangsa. Sebab perbuatan besar dikerjakan bagiku
oleh Yang mahakuasa, kuduslah namaNya.”
Bunda Maria mengajari saya
bukan hanya mengucap syukur atas segala berkat dan rahmat dari Allah, tetapi
juga bagaimana berlaku sebagai pribadi yang diberkati. Sebagai balasan, Bunda
Maria menjadi murid utama Yesus, beliau mendengarkan Yesus senantiasa, dan
mencoba selalu dekat pada-Nya.
Yesus sendiri berkata, “Siapakah
ibu-Ku, siapakah saudara dan saudari-Ku, dia adalah yang mendengarkan Sabda
Allah dan melakukan-Nya”. Kata-kata ini hendak menunjukkan bahwa siapapun bisa
menjadi ibu atau saudara Yesus asal mau mendengarkan Sabda-Nya. Dan Bunda Maria
adalah teladan untuk hal ini. Maka tidak mengherankan kalau Bunda Maria juga
bisa memahami apa yang dipikirkan oleh Yesus. Dalam kisah pernikahan di Kana,
Bunda Maria dengan penuh iman berkata kepada para pelayan, “Apapun yang
dikatakan-Nya, lakukanlah itu!”
Dan ini tepat sekali untuk
dituruti. Apapun yang dikatakan-Nya, lakukanlah itu. Saya akan mencoba dalam
hidp saya sehari-hari untuk mendengarkan Sabda-Nya, dan melaksanakannya.
Penutup
Jika di atas kita bermenung atas lagu Pujian Maria, sekarang ada
baiknya kita memuji Tuhan melalui Maria. Lagu ini secara khusus dinyanyikan
oleh Gereja Kudus setiap sore pada bagian kedua masa Advent. Tepatnya sejak
tanggal 17 Desember, Gereja memadahkan lagu ini. Mari kita mengangkat hati
bersama dan memuji.
Santa
perawan Maria
Sambutlah
Sabda mulia
Yang
berasal dari Bapa
Pangkal
keselamatan kita.
Karena
kuasa Roh suci
Engkau jadi
bunda murni
Dan
mendapat kehormatan
Jadi
kediaman Tuhan.
Bersoraklah
isi surga
Bersama
bangsa semua
Tuhan sudah
sudi datang
Menyelamatkan
yang hilang.
Terpujilah
Yesus Tuhan
Sepanjang
segala zaman
Bersama
Bapa dan RohNya
Tetap jaya
selamanya.
Amin.
Comments