Preparing for Christmas, day 14.
PREPARE HIM ROOM
Preparing for Christmas
Daily Meditation with St. Therese Lisieux
Day 14
Saturday 2nd week of Advent
10 Desember 2016
Bacaan:
Sirak 48:1-14, 9-11
Matius 17:9a, 10-13
Kutipan Injil:
Memang Elia akan dating dan memulihkan segala sessuata...
Matius 17:11
Refleksi:
ELIA
Elia ini sosok yang sedikit aneh dan kontroversial. Saya suka kata
kontroversial, seolah apa gitu. Baiklah mari kita udet-udet siapa Elia ini, agar lebih mengenalnya. Tentu dia bukan
sosok sembarangan karena kehadirannya di tempat yang begitu istimewa.
Ada yang mengira Elia ini perempuan, karena akhiran “A” pada
namanya. Nama Engrisnya Elijah, atau bahasa Ibraninya Eliyahu, atau Elias, atau
Ilya dalam bahasa Arab. Artinya, “Allahku adalah YHWH. Selain sosok yang
kontroversial, Elia ini adalah sosok yang bisa menjadi panutan dalam
bertoleransi, dalam berdialog antar iman. Setidaknya dia adalah tokoh yang
dikenal dalam kelompok Yahudi, kelompok Kristen dan bahkan kelompok Muslim.
Tentu saja catatan singkat ini tidak akan mengupas semuanya.
Ditambah pemahaman saya yang teramat sangat sempit akan beliau. Maka saya akan
mengupasnya dari sudut iman Katolik dan tentu saja semangat Karmel yang saya
punya mengenai siapa itu Elia dan bagaimana dia bisa menjadi begitu penting.
Wuihh kalimat saya panjang minta ampun padahal nggak ada isinya.
Elia adalah seorang nabi yang hadir untuk membela ke-ESA-an Allah.
Dia hadir sebagai bukti ke-MahaKuasa-an Allah. Ketika Israel mulai meninggalkan
Allah nenek moyang mereka, meninggalkan YHWH, Elia datang sebagai hamba-Nya
yang setia.
Kisah dalam Perjanjian Lama, terutama dalam Kitab Raja-Raja, bisa
kita simak kisah yang sangat dramatis heroic dan legendaris. Berikut ini
beberapa hal yang melintas di kepala tentang sosok Elia. Tentu masih ada banyak
yg lain, yang membutuhkan pembelajaran, membutuhkan referensi untuk
mengetahuinya. Ini hanya singkat belaka.
Pertama Elia, kekeringan dan Gunung Karmel.
Elia orang Tisbe muncul ketika raja Israel adalah Ahab yang
beristrikan Isebel orang Sidon. Esebel rela diperistri Ahab asalkan boleh
membawa baal, dewanya ke Israel. Dan seketika itu juga, Ahab merelakan diri
menyembah baal dan meninggalkan Allah YHWH.
Lalu muncullah Elia yang
mengatakan bahwa akan datang kekringan selama tiga setengah tahun lamanya. Setelah
mengucapkan sumpah itu, Elia menyingkir ke sungai Kerit. Di sana dia masih bisa
munum dan seekor burung gagak mengiriminya roti untuk dimakan. Ketika Sungai
Kerit juga mulai mongering, Elia pergi ke kota Sarfat. Di sana ia menginap di
rumah seorang janda yang memiliki seorang anak perempaun. Elia tinggal di sana
hingga Tuhan memerintahkan dia kembali. Dan dia kembali ke Israel, ke Gunung
Karmel.
Kedua, kisah melawan 450 nabi baal.
Kisah heroic dari Elia adalah
ketika dia melawan 450 orang nabi baal. Saat itu Israel sudah mulai
meninggalkan Tuhan, mereka lebih memilih menyembah baal yang dibawa oleh istri
Ahab. Diceritakan di sana bahwa tinggal Elia seorang diri yang masih menyembah
Allah YHWH. Maka diadakan perang tanding untuk melihat Allah siapakah yang
lebih kuat.
Perang tanding dilakukan di Gunung Karmel. Cara perangnya begini.
Masing-masing kelompok, Elia penyembah Allah YHWH melawan 450 orang penyembah
baal. Mereka memberikan korban bakaran, namun tanpa api. Korban bakaran berupa
lembu yang disembelih dan disiapkan di atas kayu bakar. Sedangkan api untuk
membakar itu akan datang dari langit sesuai dengan permintaan para nabi.
Karena jumlah yang lebih banyak, penyembah baal diminta memanggil
allah mereka untuk menyalakan korban bakaran. Mereka menari mengelilingi
tumpukan korban bakaran, menari dan memanggil-manggil. Sementara Elia hanya
berteduh di pinggir arena. Bahkan dia menggoda dengan teriakan provokatif,
‘KURANG KERASSSSSS, ALLAHMU SEDANG MANDIIIIII…..” dan seterusnya, singkatnya
mereka gagal mendatangkan api dari langit. Kalau ingin tahu cerita lengkapnya,
baca sendiri di Kitab Suci, dijamin seru.
Kemudian giliran Elia. Dia menata kayu bakar, memotong lembu dan
menempatkan di atas kayu bakar. Lalu membuat galian di pinggir tumpukan kayu
dan mengisinya dengan air. Setelah itu dia bersujud, berdoa mohon kepada Allah
YHWH. Kemudian datang kilat dari langit, menyambar tumpukan korban dan
membakarnya hingga habis.
Terbukti bahwa Allah yang disembah Elia-lah yang lebih kuat. Lalu
Elia membabat habis semua nabi baal tersebut.
Ketiga, Elia frustasi.
Kejadian di Gunung Karmel ternyata berbuntut
panjang. Isebel marah besar karena nabi-nabinya dibunuh oleh Elia. Dia berjanji
akan membunuh Elia.
Elia ketakutan. Dia yang dengan gagah perkasa melawan 450 orang, sekarang lari
ketakutan karena diancam oleh seorang perempuan.
Elia lari ke padang gurun sehari lamanya, kemudian berteduh di bawah
semak belukar. Di tengah ketakutan dan keputus asaan, dia berseru, “Tuhan,
ambil saja nyawaku. Ternyata aku tidak lebih baik dari pada para leluhurku.”
Lalu Elia tertidur.
Kemudian datanglah malaikat mengirim makanan dan minuman. Elia
memakannya dan meminumnya, lalu tidur lagi. Lalu malaikat datang lagi, memberi
makan dan minum, membangunkan Elia agar dia memakan dan meminumnya. Malaikat
itu berpesan, “Perjalananmu masih jauh dan sulit!”
Setelah makan dan minum, Elia melanjutkan perjalanan selama 40 hari
40 malam dan tiba di Gunung Horeb. Di sana dia bersembunyi di dalam gua.
Keempat, berjumpa dengan Allah dalam keheningan.
Ketika Elia
bersembunyi di dalam gua, terdengarlah suara Allah. “Elia, apakah yang kerjakan
di sini?”
Elia menjawab, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta
alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan
mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang
dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.”
Kemudian terdengar suara Tuhan sekali lagi. “Keluarlah dari gua, aku
akan melintas.” Kemudian Elia bersiap untuk keluar jika Tuhan sungguh lewat.
Datanglah angina besar yang sangat kuat yang mampu membelah
gunung-gunung, memecah bukit-bukit. Tetapi tidak ada Tuhan di sana.
Kemudian setelah angin itu datanglah gempa yang maha dahsyat. Tetapi
tidak ada Tuhan di dalam gempa itu.
Sesudah gempa datanglah api menderu-deru. Tetapi tidak ada Tuhan di
dalam api itu.
Sesudah api datanglah angin yang berhembus lembut tenang. Elia
melihat bahwa Tuhan datang, maka dia menyelubungi kepalanya dan melangkah
keluar gua. Kemudian terdengarlah suara:
“Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”
Elia menjawab, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta
alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan
mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang
dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.”
Tuhan bersabda lagi: “Kembalilah ke Yerusalem…”
Kelima, Elia juga muncul ketika ketika ketidakadilan melanda.
Alkisah adalah seorang bernama Nabot, seorang pemilik
kebun anggur. Sang Raja bernama Ahab menginginkan kebun anggurnya. Namun Nabot
menolak. Atas bujukan istrinya, seorang perempuan luar negri, Ahab membunuh
Nabot dan mengambil kebun anggur miliknya.
Elia datang dan marah-marah. “Di tempat anjing menjilat darah nabot,
di situ pula anjing akan menjilat darahmu.”
Di sini Elia datang untuk menegakkan keadilan bagi sesama. Bahwa
setiap orang memiliki hak yang sama dan bahwa seorang raja tidak bisa seenak
udelnya memaksakan kehendaknya. Ketidak adilan akan mendapatkan pembalasannya.
Demikian sedikit kisah mengenai Elia. Masih ada banyak yang lain,
yang mungkin akan lebih menarik diulas oleh mereka yang sangat memahaminya.
Tetapi cukuplah beberapa kisah ini untuk bahan bermenung.
Dalam perjanjian baru, Elia muncul lagi ketika bersama dengan Nabi
Musa menemui Yesus. Saat itu Yesus hendak ke Yerusalem. Di puncak bukit, Musa
dan Elia bercakap dengan Yesus. Kita mengenalnya sebagai peristiwa
transfigurasi. Disaksikan oleh tiga murid Yesus, Petrus-Yohanes-Yakobus.
Lalu, dia disebut lagi dalam diri Yohanes pembaptis. Setelah kisah
transfigurasi itu, para murid bertanya kepada Yesus, “mengapa para ahli berkata
bahwa Elia akan datang lagi?” dan Yesus mengatakan bahwa sebenarnya Elia sudah
datang, hanya saja orang-orang tidak mengenalinya.
Elia dan keadilan social.
Kerapkali Elia hadir dalam situasi masyarakat yang terpecah-pecah,
di mana ketidak adilan merajalela. Elia datang untuk mengembalikan keadilan
tersebut. Demikian juga dengan Yohanes pembaptis, si Elia baru. Dia datang
untuk menyatukan apa yang terlah terkoyak, menyatukan kembali bapak dengan
anaknya.
Pun pula dengan Yesus. Dia datang untuk mengembalikan keutuhan
manusia yang tercerai berai dan dikoyakkan oleh dosa. Yesus mengembalikan
derajat manusia yang sejati yaitu anak-anak Allah yang telah lama dihempas
dosa.
Dan sangat menyedihkan kalau Allah sudah melakukan semuanya itu
tetapi manusia tidak mengenalinya, tidak meresponnya, tidak menerimanya. Sedih.
Kutiban dari St. Theresia Lisieux:
Yesus menderita dengan amat sedih. Adakah jiwa menderita tanoa kesedihan?
(…) dan kita ingin menderita sedemikian besar, dengan gagah berani. Apakah itu
sebuah ilusi belaka?
(Surat 89)
Doa:
Tuhan, Yohanes Pembaptis Engkau utus untuk memperispakan jalan bagi
kedatangan Putera-Mu terkasih. Dan dahulu kala, Engkau mengirim Elia untuk
mengingtakan kami, bahwa yang kami perlukan adalah kesetiaan kepada-Mu. Semoga
kami memepersiapkan diri kami sedemikian hingga pantas menerima Putera-Mu dan
setia mengikuti-Nya.
Aksi:
Ikut serta dalam gerakan keadilan yang ada di sekitar kita.
MoRis HK
Hong Kong, 10 Desember 2016
Comments